There’s something joyful about having your online shopping merchandise delivered and opening them. Especially when it’s the latest gadget that you can’t wait to play around with. In my case, it happens to be the Xiaomi Redmi Prime 2 that will have a flash sale exclusive in Lazada, this Monday. I’m lucky enough to have the device before being sold tomorrow, and this is a quick unboxing of it.
The usual recycled paper box of Xiaomi phones.I think this box is better than the Mi4i’s, since it’s smaller and has no excess space.The usual papers, which i don’t think anyone will read.What’s in the box: Phone, battery, charger & USB cable. No earphones included.It looks just like the Redmi 2 Nothing’s change, but it’s the internal that matters. 2GB of RAM & 16 gigs of internal storage.I love this dark grey case. Better than your usual Xiaomi white, although the texture feels a bit slippery.2,200 mAh battery. Nothing’s change from the previous model.That’s it! Will be using this as my daily driver and see how it goes.
AADX, atau Ada Apa Dengan Xiaomi? Itu yang gue pikirkan setelah melihat beberapa teman penyuka gadget yang tidak berhenti membicarakan mengenai brand tersebut. Komunitas yang menjadi advokat brand tersebut juga kuat, dan sangat aktif sekali, apalagi setelah produknya yang bernama Mi4i diluncurkan di Jakarta. Produk dengan premis “Affordable Flagship”, yang menurut gue secara pesimis, ngga akan ada bedanya dengan handset Android lainnya.
Gue beberapa kali menggunakan handset Android, dan ujung-ujungnya selalu kembali ke iPhone karena satu hal, konsistensi performa. Pakai Nexus 4 dan 5, yang notabene selalu memberikan konsistensi paling baik dari sisi software, tapi mengecewakan dalam battery life dan kualitas kamera. Pakai LG G3 yang camera nya sangat bagus untuk ukuran handphone, tapi kecewa dengan konsistensi performa nya karena seringkali melambat, memanas, dan ujung-ujungnya baterai lumayan boros.
Dengan memakai Samsung, kamu akan bahagia karena berlari-lari di taman dan memiliki hidup yang berwarna-warni cerah.
Samsung… Gimana ya? Menurut gue pembeli Samsung itu secara spesifik berasal dari kalangan ‘orang yang masih percaya iklan’. I’m not saying that it’s bad, but you can definitely get better stuff if you only ask your techy friends instead of believing in social media buzzers who seem to glorify them (twice each year during the Galaxy S & Note series periodic launch). Yah, pernah pakai Galaxy S3 dan A5 punya kantor. S3 belum dipakai setahun dan performa nya melambat walau sudah factory reset, dan A5 sebenarnya cukup oke sih, tapi terlalu mahal untuk spesifikasi mid-range nya. So, ya begitu. Gue belum pernah menemukan handset Android yang memuaskan, yang bisa membuat gue bisa meninggalkan iPhone di rumah, dan sehari-hari memakai handset itu aja.
Tertarik dengan omongan teman-teman bahwa Xiaomi Mi4i ini memuaskan, gue bertanya-tanya, dan setelah satu dan lain hal, akhirnya menggunakan handset tersebut selama beberapa minggu ini. Secara singkat, gue sekarang tahu kenapa teman-teman gue merekomendasikan handset ini, dan brand nya memiliki komunitas yang sangat kuat juga. Handset ini simply memuaskan. Ini alasannya:
Boleh lah ini battery life nya.
1. Battery kuat
Dan ada alasannya kenapa begitu. Satu, secara spesifikasi, ukurannya besar. Lebih dari 3,000 mAH, tapi lucunya, LG G3 yang dulu gue pakai juga memiliki baterai dengan ukuran sekitar itu, dan jarang sekali menembus 12 jam standby dengan penggunaan sedang (Waze sekitar 30 – 40 menit, sekitar 100an push email, chat, social media, browsing, puzzle games, dan sekitar 2.5-3.5 jam layar aktif). Perbedaannya terletak di prioritas designer handphone nya. Xiaomi itu mendahulukan user experience dibandingkan spesifikasi, terlihat dari Layar LG G3 yang 5.5 inch Quad HD, atau sekitar 538 ppi (pixel per inch) sedangkan Mi4i “cuma” Full HD, dengan 441 ppi. Apakah terlihat bedanya? Ngga. Tapi memang spesifikasi LG lebih sexy buat dipampangkan di brosur, walau efeknya lebih memberatkan prosesor dan membuat baterai boros.
Ibaratnya kalau mobil, LG membuat mesin 6 silinder yang lebih besar, tapi menghasilkan akselerasi yang sama dengan mesin Xiaomi yang cuma 4 silinder. It’s pointless. Dengan si Mi4i, Sehari-hari, paling jelek itu gue mendapatkan sekitar 12 jam. Rata-rata sekitar 15 jam, seringkali lebih. Copot charger jam 5.30 pagi, dan baru masuk charger lagi sekitar jam 11 malam. Sangat cukup buat gue.
2. Performa
Performanya konsisten. Masalah gue dengan LG G3 dulu adalah ketidak konsistenan performa. Kadang mulus, tapi seringkali mendadak melambat, bahkan disaat gue cuma ingin scrolling Home screen atau buka app. Mungkin cuma sekitar 0,5-1 detik sih lag nya, tapi dikali beberapa puluh kali melakukannya setiap hari, berasa lah. OS nya Mi4i yang bernama MiUI ini secara mengejutkannya cukup responsif dan konsisten. Tidak seperti kebanyakan Android dengan skin ala produsen lain yang biasanya memberatkan kinerja, OS ini dirasa sangat optimal buat handphone ini. Bukan cuma asal membedakan tampilan dan fitur, tapi memang dirancang untuk melengkapi hardware yang mid-range. Emang sih, RAM yang ukurannya 2GB itu kadang berasa ngga cukup, karena biasanya cuma tersisa sekitar 800-400MB untuk user (sisanya dimakan oleh OS tersebut). Lalu, namanya juga Android ya, masih perlu di reboot paling tidak seminggu sekali untuk mempertahankan mulusnya performa. Dimaklumi lah ini.
3. Camera
Memang camera handset ini ngga bisa dibandingkan dengan iPhone 5S atau LG G3 yang pernah gue pakai. Noise nya cukup banyak dalam kondisi remang-remang, lalu tidak menangkap detail sebaik handset2 tersebut. Tapi begitu ingat bahwa handset ini harganya 2,8 juta Rupiah, kekurangan itu sangat dimaafkan. Bahkan, agak sulit mencari camera handphone sebaik ini dalam rentan harga tersebut. Camera nya responsive, cukup cepat dinyalakan dari standby sampai mengambil gambar, sangat mudah digunakan & memiliki fitur-fitur unik, misalnya cara menyetel exposure value yang intuitif seperti ini.
Beberapa fungsi dasar camera Mi4iBeragam mode foto Mi4i
Mode selfie dengan sensor umur built-in. Dengan kacamata, gue dibaca sebagai 50 tahun, tanpa kacamata, lebih muda 20 tahun.
Camera itu sangat penting buat gue, dan menjadi salah satu alasan kenapa gue urung menggunakan Nexus. Camera dengan kualitas gambar konsisten itu alasan gue kenapa sejauh ini selalu memilih menggunakan iPhone untuk mengambil gambar, dan tidak memakai handset Android lainnya. Dengan si Mi4i ini, gue semakin sering menggunakannya untuk mengambil gambar, terlebih karena kamera 13 Megapixel nya ini lebih cropping friendly dibandingkan 8 Megapixel nya iPhone 5S gue. Untuk sample foto Mi4i, silahkan scroll ke paling bawah.
Sharp & vibrant. Something that you don’t see in a phone at this price range.
4. Layar dan desain
Menurut gue, 4.7-5 inch adalah ukuran layar terbaik, dimana real-estate visual cukup, tapi tidak mengorbankan handling jika menggunakan satu tangan. It’s the sweet spot. Layar 5 inch nya Mi4i yang digabung dengan body yang tipis membuatnya gampang digunakan, bahkan dengan satu tangan. Selain itu, layarnya tajam dan warnanya sangat bagus.
Apabila Samsung memiliki hobi yang aneh untuk membuat saturasi warna terlalu kuat, Xiaomi ini lebih condong ke Apple untuk racikan warna layar. Netral, visual angle nya luas dan menggunakan teknologi IPS dibandingkan LED. Foto dan gambar terlihat natural dan ekstra tajam. Memang kekurangannya adalah ketika di tempat gelap, there’s only so much brightness you can decrease. Kalah dibandingkan layar AMOLED nya Samsung yang bisa extra redup dan tidak menyilaukan. If you’re a fan of reading in the dark before going to bed (or you’re Batman), you might be losing sleep because of this.
Tampilan dasar home screen MiUI. Tidak punya app drawer seperti Android pada umumnya. I like this better. Who access their app drawer anyway?Walau tampilannya iOS banget, tapi widgets bisa dong. Best of both world.Multi tasking screen nya kelihatan familiar ya…
5. Detail OS
Walau terlihat Xiaomi ini ‘terinspirasi’ sekali dari Apple, banyak sentuhan-sentuhan kecil yang dilakukan Xiaomi yang membuatnya berasa lebih intuitif atau menyenangkan dibandingkan versi Android lainnya. Contoh paling kecil, aksi swiping untuk melihat notifikasi tidak usah dilakukan pada layar bagian paling atas, tapi bisa dari mana saja.
Lalu, mode satu tangan yang sangat intuitif dan gampang dilakukan, bahkan sampai cara switching dari camera belakang ke depan (tinggal swipe atas/bawah saat camera menyala) atau posisi angka timer di selfie-mode camera yang posisinya dekat dengan lensa, agar mata lebih fokus melihat kearah lensa tersebut. Banyak sekali detail-detail kecil yang membuat OS ini unik, intuitif dan menyenangkan digunakan, baik itu animasi nya, maupun designnya. Untuk segala fitur MiUI, dapat dilihat disini.
I don’t mind using this as my daily driver. In fact, i want it to be.
Kesimpulannya, gue jatuh hati dengan handset ini. Memang ini masih terlalu cepat untuk mengatakan apakah Mi4i ini akan bertahan lama atau memberikan performa yang konsisten dengan berjalannya waktu, but, i’m more than willing to find out. Handset ini menyenangkan untuk digunakan. Ia membuat gue nyaman untuk memindahkan nomor utama ke sini, dan (kadang) meninggalkan iPhone di rumah. Handset ini actually ngga membuat gue was-was dengan performa baterai nya, atau memberikan gambar yang lumayan bagus dengan cepat tiap kali gue nyalakan kameranya. In fact, this is what i’m looking for in a handset. Perasaan tenang bahwa handset ini akan bekerja tanpa drama. It just works.
Those faux chrome & plasticky buttons
Tapi, seperti ungkapan ‘tiada gading yang tak retak’ (atau kalau disesuaikan dengan era masa kini, ‘tiada Kelapa Gading yang tak banjir’) kekurangan itu pasti ada. Pertama, ukuran memory internal yang cuma 16 GB. Emang sih ini bisa disiasati dengan selalu selektif memilih file apa yang akan kita simpan, but i’m echoing realistic women here that size, in fact, does matter. Kedua, feel dari power & volume button. As you can tell as how i’m nitpicking here, sebenarnya ini bukan sesuatu yang penting, tapi akan lebih baik apabila rasanya lebih ‘click’ dan less plasticky. Apalagi ya? Mungkin tekstur body nya. Memang dia menggunakan coating yang membuatnya anti kotor. Segala noda gampang sekali dihapus, tapi kadang membuatnya berasa licin. Oke, gue mulai kehabisan materi untuk dikomplain. Selain itu pun, segala keluhan diatas lagi-lagi dimaafkan mengingat harganya yang dibawah 3 juta.
It’s hard to find a better phone all around at 2.5-3 million price point. I highly recommend this phone for that kind of budget.
Ada masanya harga dibawah 3 juta itu merupakan pertanda sial bahwa handset yang bisa dibawa pulang adalah merek ngga jelas, atau Samsung low-end dengan spesifikasi yang hanya terdengar wow ketika band bernama Base Jam masih terkenal. Dengan senangnya gue memberi tahu bahwa masa-masa gelap itu telah berlalu (begitu pula dengan Base Jam). Budget terbatas sekarang bisa mendapatkan handset dengan kualitas sebaik Mi4i ini.
P.S: If your budget is lower than that, and i mean below 2 million Rupiah, you shouldn’t worry as well. Xiaomi baru aja meluncurkan Redmi 2 Prime yang harganya sekitar 1,8 jutaan, dan apabila optimalisasi OS dan hardware nya sebagus si Mi4i ini, harusnya performa nya akan sangat memuaskan untuk harganya. I will be reviewing it once i got my hands on it and spend a good time with it. (Big love to the guys at Xiaomi for allowing me to do some reviews on their gadgets)
Beberapa sample foto yang diambil dengan Mi4i:
Pagi hari cerah, indoor, sudah dibumbui dengan preset VSCOCAM.
Maghrib, outdoor, sekitar jam setengah 7 malam.
Indoor, malam, dengan cahaya lampu neon.
Malam, indoor dan remang-remang ala bar.
Kondisi malam. Mengkompensasi noise dengan kontras cahaya yang tinggi.
So, last Wednesday I was curious & asked around about the Xiaomi Mi4i’s performance, which turns out was rolling into an unexpected direction. Long story short, the guys from Xiaomi contacted me and they are giving me a brand new Mi4i to test! And here it is on its first unboxing attempt, which reveals a very spartan packaging, but a very clean-designed one nonetheless.
Me & the good guys from Xiaomi Indonesia, meeting up at Filosofi Kopi, Blok M.It’s brown, recycled, and… that’s it.
In the next couple of days/weeks/months I will be reviewing this mid-range device on its consistency of performance. Out of the box, it performs brilliantly. But as my previous experience with Android devices, it’s the long term performance that most of the time suffers. Experienced it on a Galaxy S3, HTC One V and LG G3. (surprisingly I didn’t encounter it on the Nexus 4 & 5, but the battery life was horrifying)
I’ll be updating on the day-to-day performance for the camera, speed, memory management, battery life, and in general just how does it feel to live with the device. I’m not a benchmark geek (or in some cultures, Jemaah Antutudiyah), so what matters is the overall consistency for my day to day. I usually use it mostly for emails – 80 to 120 emails per day, chat, camera, social media, music, YouTube video playing & keeping up with my daily newsfeed. In the mean time, do shoot the comments if you have anything to ask about this device.
The Mi4i is a great 5 inch phone. It’s very comfortable and has a great handling for a big screen.The polycarbonate backside feels like the old HTC One X. It’s solid and doesn’t feel cheap despite its 2,8 million rupiah price tag.Aaand that’s it. Phone, USB charger & cable and more recycled cardboard.